Tatapan hangat
dari matanya dapat aku rasakan
Begitu lembut
santun isyarat tubuhnya
Sejenak aku
terhentak dari keramaian suasana
Bibirku terbungkam
terdiam dan membisu
Sanubari hati
semakin meyakinkan diri
Tersadar aku
bahwa kaulah penuntun hatiku
Assalamu’alaikum
malaikat penuntun ku, bagaimana kabarmu disana wahai Adam ku?
Adakah kau
rindukan aku seperti aku yang senantiasa merindukan kehadiranmu. Tak hanya
kehadiranmu, aku pun rindu akan semua kasih sayang yang sempat kau beri
untukku.
Sekilas
memori akan ku urai kembali, ini bukan tentang dia, ini tentang kau dan aku.
Moment itu
masih aku ingat hingga detik ini. Awal dari perkenalan kita waktu itu diawali
dengan ketidak sengajaan. Di keheningan malam hanphone yang tak biasanya berdering
ternyata malam itu berdering kembali.
*Kriiiiing…* suara
hanphone berbunyi. Beberapa saat setelah itu aku menuju ke kamar dan mengambil
hanphone dari atas meja belajar.
Aku: *buka sms di
hanphone* “siapa yang sms malem-malem gini”, tanyaku dalam hati. *jam
menunjukkan pukul 09.43 malam*
#Dara, ada temenku yang
mau kenalan sama kamu nih# (isi pesan)
Keesokan harinya
akupun menanyakan langsung kepada Risti tentang teman lelakinya itu. Setelah tau
asal-usulnya, aku pun mencoba untuk lebih mengenal lelaki itu secara lebih
dalam walaupun sedikit terpaksa. Bagaimana mungkin aku bisa secepat itu “Move
On” dari **** yang baru beberapa bulan dari itu kami putus, tepatnya tanggal 15
bulan Februari 2014 kemarin.
Awalnya aku
tak begitu yakin bisa memberikan hatiku sepenuhnya kepada malaikat baru ku itu,
tapi hatiku berkata lain. Tak henti-hentinya hati kecilku memotivasi diri ini
untuk mencoba, hingga akhirnya aku pun mencoba menjalani suatu hubungan
dengannya. Bukannya ingin menyamakan tanggal jadian ku dengan yang lalu (10),
itu hanyalah suatu kebetulan yang aku sendiri tidak menyadarinya. Akhirnya keputusan
bulatku aku jatuhkan tepat pada tanggal 10 Maret 2014. Hari itu aku dan malaikat
baru ku itu resmi menjalani status hubungan.
Suatu ketika
aku termenung menyendiri di sudut kamar, terlintas di pikiranku tentang
hubungan yang kami jalani. “sanggupkah aku menjalani hubungan dengan jarak jauh
seperti ini?”, tanyaku dalam hati. Yaa.. aku tak begitu yakin dengan semuanya. Namun
demi kehendak hati kecilku aku semakin yakin akan cinta yang kami satukan,
karena entah mengapa rasa cinta itu semakin hari semakin kuat aku rasakan. Aku merasakan
sesuatu yang berbeda yang tak pernah aku rasakan sebelumnya, ku akui belum
pernah merasakan cinta tulus dan suci seperti ini. Tutur kata darinya selalu
aku rindukan, begitu lembut hatinya hingga hati ini pun luluh.
Hari itu
tepatnya tanggal 4 bulan April aku ikut keluarga mengantarkan nenek ke desa
kami, Ranau. Lantas saja aku begitu kegirangan dan tak sabar menantikan
pertemuan kami sesampainya di sana nanti. Sesampainya di sana, keesokan harinya
aku berniat untuk memberinya kado, walaupun belum waktunya tetapi aku hanya
ingin menjadi sosok yang pertama kali memberi kesan teriindah untuknya. Aku tau,
mungkin itu bukanlah kado yang istimewa, namun perjuanganku untuk membelinya
cukup menarik. Tak banyak harapanku, hanya bisa menghargai pemberian dariku pun
sudah cukup bagiku.
Malam itu
aku merasakan tatapan yang hangat darinya. Matanya memporak porandaku. Lantas saja
aku terhanyut terdiam dan terpaku sejenak menatap wajahnya. Begitu dalam cinta
itu hingga terasa menyentuh dilubuk hati ini. Rasanya tak ingin malam itu
berlalu.
Selama aku
mengenalnya, aku selalu merasa dilindungi walau dari kejauhan, aku selalu
merasakan kehadirannya disampingku disetiap langkah kaki ku dimana pun aku
menampakkan diri. Dia bagaikan mentari yang selalu menyinari, bagaikan embun
pagi yang selalu menyejukkan hati. Tetapi semua itu hanya sekejab aku rasakan…
Semua sirna dan menghilang…
Semua pergi dan berlalu
begitu saja…
Sebuah akhir
cerita yang tak pernah aku inginkan pun terjadi diantara kami. Karena suatu
perdebatan yang awalnya hanya karna masalah kecil dan sepele akhirnya harus
memisahkan kami. Dia merasa bahwa aku terlalu mengekangnya, bahkan selalu ingin
dimengerti. Aku merasa seperti anak kecil yang tak tahu diri dan entah harus
berkata apa ketika dibentak. Hingga saat ini tak hentinya aku bertanya dalam hati
apa yang membuatnya harus pergi dari hidupku, bahkan untuk selamanya. Hanya air
mata yang menetes dan membasahi pipi ini. Begitu sakitnya aku rasakan, begitu
dalamnya keperihan ini.
Masih ku
ingat jelas alur cerita terakhir yang ia beri untukku, tak bisa aku katakan
seperih apa rasa itu, hanya saja hingga saat ini aku tak mampu menyembuhkan
luka ini. Sekeras apapun ia mencoba menjauh dan menghilang dariku, entah
mengapa hati ini selalu berpihak lagi padanya. Aku pun tak tahu sampai kapan
aku harus memendam semua ini sendiri. Sungguh kecil harapanku untuk dapat
berjumpa lagi dengannya. Jarak ini terlalu menyiksaku, hingga terkadang air
mata selalu menjadi pelengkap malamku setiap kali aku merindukannya.
Tak mudah
bagiku mencintai seseorang dengan sepenuh hati, bahkan untuk mengenal pun
begitu sulit bagiku jika tidak didesak. Aku tak mudah mempercayai seseorang,
apalagi memberi segenap hatiku untuknya. Tetapi entah mengapa mudahnya aku
memberi ketulusan cinta ini kepada dia yang baru saja aku kenal. Mungkin itulah
keagungan Tuhan, ia memberikan sosok malaikat namun sayangnya itu semua hanya
sesaat aku rasakan. Andai dia tahu.. hingga saat ini hati ini masih utuh
untuknya. Aku percaya takdir Tuhan akan berpihak pada kita nantinya.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar